Friday, 28 July 2017

[PARENTING and FAMILY] Bijak Mengatur Kesehatan Keuangan Keluarga dengan Financial Check Up

Hi moms,

Berbicara mengenai keuangan keluarga, sebagai ibu rumah tangga pastinya sering dibikin pusing dengan anggaran belanja dan tagihan ini-itu setiap bulan. Nah, kalau ada diantara mommy yang sering bingung mengelola keuangan dan khususnya kalau tipe keuangan keluarga mommy disini adalah "dijatah" oleh suami seperti aku, wajib dibaca nih tips nya untuk membantu memaksimalkan kesehatan keuangan keluarga mommy semuanya...


Jadi, hari Selasa lalu tanggal 25 Juli 2017 aku menghadiri sharing session yang diadakan oleh Visa Worldwide Indonesia yaitu Visa Financial Literacy Series dan kali ini topik bahasannya adalah mengenai "Financial Check Up" bersama Mbak Prita Ghozie, seorang Financial Educator.

Financial Check Up adalah kegiatan yang seharusnya rutin dilakukan untuk mengetahi kondisi kesehatan keuangan kita. Tadinya aku pikir financial check up hanya sebatas berapa uang cash yang kita dapatkan dalam sebulan dan berapa total pengeluarannya, apabila tidak seimbang artinya tidak sehat. Cetek banget yahhh pengetahuan aku tentang masalah keuangan.. Hahaha.. Makanya, aku semangat banget bersama teman-teman dari Kumpulan Emak Blogger untuk belajar lebih dalam sekaligus mencoba menerapkan dalam arus cash keluargaku setiap bulan.


Pertama-tama acara disambut oleh Ibu Adhe Hapsari selaku Director of Corporate Communications Visa for Indonesia, Vietnam, Cambodia and Laos. Beliau menjelaskan bahwa masih ada banyak sekali ibu rumah tangga yang belum paham tentang mengatur arus keuangan dan ternyata hanya ada 25% perempuan yang punya catatan keuangan bulanan. Oleh karena itu, guna meningkatkan literasi keuangan kaum wanita Indonesia, Visa dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencanangkan program #IbuBerbagiBijak untuk memberdayakan Ibu Muda dan perempuan untuk lebih sadar akan literasi keuangan. Salah satunya adalah acara seharing session yang saya ikuti ini.



Berlanjut ke inti acara, Financial Check Up bersama Mba Prita Ghozie. Jadi, disini kita belajar untuk mengatur pos-pos pengeluaran dengan tepat dan menghitung jumlah investasi dan kekayaan yang saat ini kita miliki. Untuk menghitung kesehatan keuangan sebenarnya mudah tinggal jumlahkan saja tabungan, investasi dan kas masuk kemudian dikurangkan dnegan jumlah hutang yang kita miliki, bila hasilnya negatif atau minus berarti bisa dibilang kita sedang di ambang kebangkrutan.



Peringkat sehat keuangan sendiri dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Tidak Sehat, jika pengeluaran lebih banyak dari penghasilan, memiliki hutang kartu kredit, dan tidak punya aset.
2. Sehat, jika pengeluaran = penghasilan, terlambat membayar lunas tagihan kartu kredit, Investasi minimal.
3. Mandiri, jika penghasilan lebih besar dari pengeluaran, tidak punya hutang kartu kredit, Investasi minimal.
4. Sejahtera, jika penghasilan lebih besar dari pengeluaran, penghasilan pasif dari aset, tudak punya hutang, dan mampu berderma.

Bagaimana supaya bisa mencapai peringkat sehat keuangan di tahap yang kita inginkan? Ya tentu saja mulai membuat catatan anggaran belanja. Seringkali uang yang ada di bank hanya berlaku sebagai dompet elektrik bukan diperlakukan sebagai tabungan atau investasi jadinya tanpa terasa pengeluaran jadi lebih besar karena asik gesek sana sini. Dan perlu diketahui, kartu kredit gunanya untuk pengganti uang tunai yang nantinya wajib kita bayarkan di akhir periode bukannya tambahan penghasilan. Jadi penggunaan kartu kredit juga harus bijaksana, jangan sampai nantinya raport kredit kita di Bank Indonesia jadi jelek dan akibatnya akan merugikan diri kita sendiri.



Untungnya, aku adalah salah satui dari 25% ibu rumah tangga yang selalu mencatat pengeluaran dan pemasukan setiap hari. Aku membiasakan ini sejak aku mulai kuliah dulu dan akhirnya hingga sekarang terbiasa untuk membuat anggaran dan mencatat semua kas keluar dan kas masuk di buku kas.

Kalau kalian adalah orang yang seperti aku, suka mencatat semua kas tentunya sangat mudah untuk mengira-ngira sedang berada di peringkat kesehatan yang mana. Namun, jika kalian bukan orang yang telaten untuk menulis kas, ada sedikit tips dari Mbak Prita yaitu sebisa mungkin minimalkan penggunaan uang tunai, perbanyak penggunaan karu debet dan rutin print/download buku tabungan jadi bisa tahu pengeluaran dan pemasukan setiap kali transaksi.



Mbak Prita juga menjelaskan bahwa kebanyakan wanita dan ibu muda masih kurang paham apa bedanya tabungan, investasi dan dana darurat. Akupun termasuk nih, karena aku pikir uang yang ada di bank adalah uang tabungan tapi ternyata salah besar!!

Jadi, uang tabungan adalah dana yang kita siapkan untuk tujuan tertentu yang seharusnya banyak pemasukan dan hanya satu kali pengeluaran yaitu saat dana sudah cukup untuk memenuhi hal yang kita inginkan.

Investasi adalah penyimpanan dana dengan suatu tujuan financial untuk mendapatkan keuntungan.

Dan dana darurat adalah dana yang disiapkan untuk tujuan darurat atau mendadak seperti sakit, kerusakan elektronik rumah, renovasi rumah, dll. Dana darurat ini seharusnya memiliki jumlah minimal 3-6 kali lipat dari jumlah biaya hidup bulanan, ini fungsinya adalah bila (amit-amiiit) suami sakit dalam jangka waktu lama, pemecatan, dan kecelakaan fatal lainnya terjadi maka setidaknya keluarga kita masih bisa bertahan minimal selama 3-6 bulan kedepan.

Aku adalah ibu rumah tangga dengan sistem keuangan "jatah" dari suami. Jatah yang diberikan oleh suami ini sudah termasuk uang belanja, biaya sekolah , dan listrik. Sedangkan untuk tagihan kartu kredit dibayar langsung oleh suami dengan sisa uang gaji yang dia pegang. Nah, disini aku mulai mencoba mempraktekkan apa yang aku dapat dari Mbak Prita dan Visa yaitu untuk mulai membuat anggaran bulanan untuk arus kas masuk dan kas keluar.



Arus kas masuk dibagi menjadi rutin dan tidak rutin. Rutin berupa gaji, disini aku memiliki kas masuk rutin yaitu jatah dari suami. Dan kas masuk tidak rutin aku dapatkan dari pendapatanku berjualan online dan pemasukan dari tulisan blog.

Sedangkan arus kas keluar juga dibagi menjadi kas keluar rutin dan tidak rutin. Kas eluar rutin berupa biaya rumah tangga dan cicilan, tapi dikaitkan dengan kondisi aku saat ini jadilah kas keluar rutin hanya biaya rumah tangga. Kas keluar tidak rutin adalah biaya liburan dan pajak.

Saat mendapat uang dari suami di akhir bulan, mulai biasakan untuk membuat anggaran seperti:
1. Jumlahkan pendapatan
2. Perkirakan pengeluaran
3. Lihat jumlah perbedaan
4. Lacak dimana letak kebocoran dana dan mulai menentukan langkah adar kondisi keuangan kembali sehat.

Setelah selesai menjelaskan semuanya diatas, Mbak Prita mengajak kita semua untuk menjawab seberapa tepat alokasi dana yang ideal dan dijawab dalam kertas yang sebelumnya sudah dibagikan saat registrasi.



Dan ternyata jawaban aku salah kaprahh jadi ga usah ditampilkan yah foto jawaban aku. Hihihi... Alokasi dana yang ideal adalah sebagi berikut:

Zakat/Sedekah : 5%
Menabung dana darurat : 10%
Biaya hidup : 30%
Cicilan pinjaman : 30%
Investasi : 15%
Gaya hidup 10%


Alokasi dana ini bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing tapi untuk biaya cicilan sebaiknya tidak melebihi 30% dari total jatah atau pendapatan bulanan kita. Bila ternyata biaya hidup dan cicilan sudah terlanjur lebih besar dari alokasi standart ini maka yang harus dilacak dan dikurangi adalah dana untuk gaya hidup.

Nah, dari alokasi standart ini seharusnya mommy semua sudah bisa menentukan nih seperti apa komdisi keuangan keluarga mommy masing-masing. Kalau ternyata masih negatif dan lebih banyak biaya hidup dan cicilan, yuk mulai kembali mengencangkan ikat pinggang dan belajar lebih bijak menggunakan dana yang ada supaya bisa dipertanggungjawabkan dengan baik untuk kesehatan keuangan kita sendiri, suami dan anak-anak.

Tips yang bisa aku simpulkan dari sharing session yang menurut aku sangat bermanfaat untuk menyelamatkan kesehatan keuangan keluargaku ini antara lain:
1. Usahakan selalu mencatat pengeluaran dan pemasukan jika tidak telaten sebaiknya lebih banyak gunakan kartu debet yang khusus untuk pengeluaran sebagai dompet elektrik yang dengan mudah dicek melalui mutasi bank
2. Gunakan alokasi dana standart seperti yang diatas tadi dengan bijakasana.
3. Untuk ibu yang bekerja enterpreneur ada baiknya belajar untuk mengambil gaji dari profit dagangan bukan ambil dari omzet.
4. Jika kalian disini masih single atau keluarga muda yang belum ada cicilan atau hutang kartu kredit, sebisa mungkin dana cicilan 30% dari gaji disimpan untuk dana darurat atau investasi. Itung-itung tabungan buat nikah (yang single) dan tabungan untuk melahirkan (untuk keluarga muda).
5. Gunakan e-money untuk membayar parkir atau biaya toll. Atau siapkan tiap bulan saldo khusus untuk transportasi jadi tidak sampai memakai uang n=biaya hidup yang lain.
6. Untuk mommy yang saat ini tinggal di rumah dinas, sebaiknya siapkan dana darurat lebih banyak untuk tambahan sana pensiun jika sudah tidak bisa menempati rumah dinas setidaknya sudah punya investasi dana darurat yang cukup untuk membeli/kontrak rumah sendiri.



Thank you so much, Visa Worldwide Indonesia, Mbak Prita Ghozie dan Komunitas Emak Blogger atas acara yang seru dan pencerahan yang sangattttt bermanfaat untuk ibu muda dan perempuan Indonesia. Semoga wanita Indonesia bisa semakin maju dan melek akan literasi keuangan supaya bisa mendidik generasi muda juga menjadi pribadi yang lebih baik.

See you on my next post..

No comments :

Post a Comment

Back to Top